Wednesday, May 29, 2024

ASAL USUL SUKU TETUN PULAU TIMUR

Suku tetun



Suku Tetun, disebut juga Tetum atau Belu di Indonesia, adalah suku bangsa yang merupakan penduduk asli Pulau Timor. Suku ini mendiami Kabupaten Belu di Indonesia dan sebagian besar wilayah Timor Leste. Bahasa mereka disebut dengan bahasa Tetun yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Austronesia. Selain di Pulau Timor, suku ini juga banyak terdapat di Jakarta, Indonesia.


Di antara Tetum Terik dari Viqueque, diyakini bahwa manusia pertama muncul dari dua lubang atau v*gina, "Mahuma" dan "Lequi Bui", muncul di tanah dengan memanjat sulur suci. Oleh karena itu, di kalangan Tetum Terik, pintu rumah adat disebut sebagai vagina dan bagian dalamnya disebut WOMB, ruang perempuan. Menurut kepercayaan mereka, alam semesta Tetum Terik yang terbagi atas dunia bawah dan dunia atas dihubungkan melalui vagina wanita. Dunia bawah atau sakral didefinisikan sebagai feminin, didominasi oleh wanita, sedangkan dunia atas sekuler dan maskulin ditempati oleh pria. Menurut kepercayaan mereka, kedua dunia tersebut harus bersatu, jika tidak, kemandulan, penyakit, dan kematian akan mengancam.


Berdasarkan cerita yang berkembang turun temurun, suku Tetun dipercayai sebelumnya berasal dari Malaka di Semenanjung Malaya, kemudian berpindah ke beberapa tempat sebelum akhirnya tiba di Pulau Timor, yaitu di bagian timur pulau. Cerita ini dipercaya juga sebagai asal-usul berdirinya Kerajaan Malaka di Timor Barat, yakni salah satu kerajaan yang dipimpin suku Tetun.


Jangan lupa follow saya untuk mendapatkan informasi unik berikutnya ya .


#Tetun #NTT #TimorLeste

TEWASNYA DUA PANGLIMA PERANG MAJAPAHIT DI SUNDA

 TEWASNYA DUA PANGLIMA PERANG MAJAPAHIT DI SUNDA



Diceritakan dalam Kidung Sunda, bahwa ;


Panglima Perang Majapahit yang tewas dalam peperangan melawan Sunda adalah Mantri Les dan Baleteng. Mantri Lěs Dan Beleteng adalah dua panglima perang Majapahit yang ditugaskan negaranya untuk menaklukan Kerajaan Sunda Galuh. Penyerbuan tersebut dikisahkan dilakukan dengan besar-besaran, areal pertempuran digelar di perbatasan Kerajaan Sunda Galuh, sementara tempat laga saling adu pedang dan panahnya berlangsung di padang luas yang berbukit-bukit. Peristiwa tersebut terjadi sebelum peristiwa perang bubat. 


Dalam perang terakhir yang menentukan nasib, dikisahkan Pasukan Sunda dapat meggempur habis-habisan tentara Majapahit, Mantri Lěs Dan Beleteng keduanya tersungkur bersimbah darah setelah terkena tebasan parang yang disabetkan Patih Sunda. 


Mendapati kedua panglima perangnya meregang nyawa, konsentrasi prajurit Majapahit menjadi buyar, mereka kemudian berlari mundur menyelamatkan diri, akan tetapi, Pasukan Sunda yang sudah terlanjur memuncak amarahnya itu, terus mengejar pasukan Majapahit yang melarikan diri, pengejaran dilakukan dengan kesungguhan. 


Pelarian Prajurit Majapahit itu kemudian terhenti setelah mereka mengetahui diepannya ternyata jurang yang curam. Sementara dalam keadaan itu di belakang mereka berbaris ribuan Prajurit Sunda yang siap menebas mereka. 


Dalam peperangan yang berkecamuk itu satu demi satu Parajurit Majapahit gugur berkalang tanah, sebagianya lagi melompat ke jurang. Adapun sebagaian kecilnya mereka meletakan pedang dan senjata mereka kemudian meminta pengampuan agar mereka dijadikan tawanan dan jangan dibunuh.

Tuesday, May 28, 2024

ASAL USUL SUKU MBOJO BIMA

 ASAL USUL SUKU MBOJO


Suku Mbojo adalah kelompok etnis yang mendiami Pulau Sumbawa bagian timur, sekarang tempat bermukimnya orang Bima terbagi menjadi tiga bagian secara administratif, yaitu Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu. Istilah "Mbojo" dipergunakan untuk menyebut kata 'Bima' dalam bahasa Bima (nggahi Mbojo). Begitupun sebaliknya, istilah Bima digunakan untuk menyebut kata "Mbojo" dalam bahasa Indonesia. Istilah Mbojo juga biasa digunakan sebagai istilah orang Mbojo atau dou Mbojo.



Secara historis orang Bima dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok penduduk asli (dou Donggo) dan kelompok orang Bima (dou Mbojo).


Dou Donggo : 


Kelompok ini menghuni kawasan bagian barat teluk, tersebar di gunung dan lembah. Dari penelitian Zollinger (1847) diketahui bahwa suku Donggo (Donggo Di) dan penduduk Bima di sebelah timur laut Teluk Bima (Donggo Ele) menunjukkan karakteristik yang jelas sebagai etnis dengan budaya masih sederhana, kecuali beberapa corak yang menunjukkan kesamaan dengan orang-orang Bima di sebelah timur Teluk Bima. Sedangkan penelitian Elber Johannes (1909-1910) menyimpulkan pada dasarnya orang Bima yang tinggal di sekitar ibu kota sudah memiliki budaya lebih maju, selain itu ada pula kelompok campuran yang terbentuk dari interaksi dengan orang Bugis dan Makassar. Penelitian terhadap anggota masyarakat Bima yang lebih tua menunjukkan suatu kecenderungan persamaan dengan orang sasak Bayan di Lombok. Orang Donggo dan Sasak Bayan memiliki kesamaan ciri yaitu berambut pendek bergelombang, keriting, dan warna kulit agak gelap.


Dou Mbojo : 


Kelompok ini menghuni kawasan pesisir pantai. Orang Bima merupakan suatu ras bangsa campuran dengan orang Bugis-Makassar dengan ciri rambut lurus sebagai orang Melayu di pesisir pantai. Dalam pencatatan Kitab BO, bahwa para "ncuhi" berasal dari Hindia Belakang (Indocina) sebagai asal usul dari penduduk di pesisir pantai. Banyak kata benda dalam bahasa Bima yang memiliki persamaan dengan bahasa Jawa Kuno, utamanya yang masih dipergunakan oleh sisa penduduk asli yang tersimpan dalam bahasa Donggo, bahasa Tarlawi, dan Bahasa Kolo. Hanya kadang-kadang pengucapannya sudah berubah atau pengucapannya tetap tapi artinya berbeda. Perubahan tersebut terjadi karena hubungan yang sulit atau terputus sehingga komunikasi antar penduduk induk sumber bahasa terputus pula. Akibatnya pengucapan atau arti bahasa asli tesebut berkembang dalam corak yang berbeda antara satu dengan lainnya.


Ternyata Suku Bima ada keterkaitan dengan Suku Jawa Kuno ya 😮, Coba orang bima gimana tanggapan kalian nih .


Jangan lupa follow saya untuk mendapatkan informasi unik berikutnya ya .


#Bima #Sumbawa #FaktaSejarah

ASAL USUL BENGKULU

 BENGKULU 


Asal-usul Bengkulu memang terbilang unik, Bengkulu muncul selepas orang-orang Bengkulu dengan hebatnya mengusir orang-orang Aceh yang hendak melakukan Penjajahan terhadap mereka.  

Kata Bengkulu berasal dari kata “Empang Ka Hulu/Pangkahulu” yang artinya “lemparkan ke hulu”, seiring waktu berjalan, kata tersebut kemudian berubah menjadi Bengkulu. 

Mengapa bisa muncul seperti itu? 

Dahulu, di wilayah yang kini menjadi Kota dan Provinsi Bengkulu ada beberapa kerajaan yang pernah berdiri, salah satunya adalah “Kerajaan Sungai Serut”. Kerajaan ini tidak mau tunduk pada Aceh. 

Akhirnya Aceh marah dan melakukan penyerbuan dengan mengirim Kapal Perang memasuki Sungai Serut.

Dalam menghadapi Penjajah, Sungai Serut mempunyai cara, yaitu dengan  memotong pohon dari segala jenis pohon yang besar-besar kemudian dilemparkan ke sungai yang memang waktu itu menjadi tempat datangnya Armada laut Aceh menuju pusat Kerajaan Sungai Serut.

Taktik yang diaminkan efektif, meskipun Armada tempur Aceh telah tiba, mereka tidak dapat langsung menembus jantung Kerajaan, mereka terhalang oleh kayu-kayu balok di depan mereka, oleh karena itu sebelum benar-benar mendarat, Tentara Kerajaan Aceh terlebih dahulu bekerja bakti dengan cara “Menyingkirkan Balok-Balok Kayu yang jumlahnya banyak itu ke hulu/tanggul sungai.

Peristiwa dibuangnya balok kayu oleh tentara Aceh ke hulu/tanggul itu dalam ingatan rakyat Kerajaan Sungai Serut disebut dengan “Empang Ka Hulu/Pangkahulu” yang maksudnya dilempar (kayunya) ke hulu (tanggul).

Disisi lain, ketika tentara Kerajaan Aceh disebutkan dengan menyingkirkan kayu-kayu yang menghalangi kapal-kalap mereka, tentara dari Kerajaan Sungai Serut melakukan serangan mematikan sehingga menyebabkan banyak tentara Aceh yang mati. Pada akhirnya Orang-Orang Aceh tersingkir dan dapat diusir.

#bengkulu #fyp #trending #trending2024 #aceh #kerajaansungaiserut #sejarahbengkulu #sejarahempang #empang #empangkayubalok